Selasa, 15 Oktober 2019

Eksotis Dibalut Mistis

                   Eksotis Dibalut Mistis



        Di wilayah Garut Selatan tidak pernah berdiri kerajaan besar bercorak islam,seperti Galuh Pakuan, Sumedang Larang, Padjajaran, dan Banten. Namun, tidak bisa di pungkiri,wilayah Garut Selatan ini merupakan salah satu tempat yang pernah dijadikan tempat penyebaran agama islam, bahkan pernah berdiri pula kerajaan kecil penyebar agama islam. Dulu kota Garut di bagi menjadi 3 Distrik, yaitu :
1. Distrik Garut Kota
2. Distrik Limbangan
3. Distrik Kandang Wesi
        Di Distrik Kandang Wesi terdapat hutan yang sangat luas, yang tenar dengan nama Leuweung Sancang. Kawasannya membentang luas dari sebelah barat hingga ke Ranca Buaya, sebelah utara hingga Gunung Gelap dan Tegal Siawat-awat di kawasan Pakenjeng, dan sebelah timur sampai ke Cikaengan perbatasan Tasikmalaya (sekarang). Area Leuweung Sancang kini menyempit,karena sebagian terkena pembangunan jalur jalan lintas selatan.
        Wilayah Sancang juga terbagi menjadi 9 bagian,yaitu :
1. Sancang satu mulai dari Ranca buaya sampai ke sungai Cikaso,
2. Sancang dua mulai dari Sungai Cikaso sampai ke Sungai Cibaluk,
3. Sancang tiga mulai dari Sungai Cibaluk sampai Ci balieur dan Cigandawesi,
4. Sancang Empat mulai Ciganda wesi sampai Cipareang,
5. Sancang lima mulai Cipareang sampai Cibako,
6. Sancang enam, tujuh, delapan dan Sembilan mulai dari Cibako sampai ke Karang Gajah dan Cikaengan.
        Di setiap Sancang,menyimpan situs makam-makam kuno,diantaranya :
1. Sancang Satu yaitu Situs Gunung Nagara dan Makam Sunan Geusan Ulun atau Sunan Ulun di Bukit Sayang Heulang dan masih banyak lagi.
2. Di Sancang dua terdapat situs Maung Bodas dan Munding Bule.
3. Di Sancang tiga ada situs makam ki Gojali.
4. Di Sancang empat terdapat situs makam Eyang Salatim
5. Di Sancang lima dan seterusnya ada makam Syekh Pandita Rukmin, Eyang Rukmantara dan Rukmantiri dan sebagainya.
        Cukup tenar di kalangan masyarakat daerah Garut karena kemistisannya, Leuweung Sancang ini ternyata menyimpan sejuta keindahan yang tak di ketahui oleh banyak orang. Sebelum masuk ke dalam Leuweung Sancang, kita dapat melihat perkampungan sederhana dengan keasriannya. Papan nama kuncen pemandu perjalanan menuju Leuweung Sancang tertata rapih di sepanjang jalan. Leuweung Sancang ini berada di ujung desa Sancang IV (4), disana terdapat sebuah gerbang yang berupa dua tugu berbentuk kujang dan harimau, terdapat juga tulisan arab lafadz Allah dan Muhammad pada dinding gerbang.
         Di dalam Leuweung Sancang dapat ditemui berbagai pohon besar dan tua dengan akar melilit yang menandakan bahwa Leuweung Sancang ini masih terjaga keasriannya. Udara yang sejuk tanpa polusi sangat terasa di dalam Leuweung Sancang ini.

        Beralih dari Leuweung Sancang ke Pantai Sancang, setelah keluar dari dalam Leuweung Sancang, kita juga akan disuguhi pemandangan hamparan pasir membentang, di sapu oleh gulungan-gulungan ombak yang mendarat dengan sempurna di pasir pantai,sungguh memanjakan setiap pasang mata yang memandangnya. Semilir angin sejuk khas pantai juga di tambah pepohonan hijau dari Leuweung Sancang yang memberi banyak oksigen siap di hirup oleh para pengunjung pantai, membuat pengunjung betah berlama-lama berada disini.
        Namun, pemandangan eksotis yang di suguhkan oleh Leuweung Sancang ini harus bersembunyi di balik kisah mistis yang melegenda di masyarakat luas, khususnya daerah Garut. Mulai dari kemunculan harimau, mendengar suara aumannya, hingga keberadaan tempat-tempat mistis dan di keramatkan. Maka tidak heran lagi begitu sampai di kawasan Leuweung Sancang, aura kemistisannya terasa sangat kental. Hawa mencekam begitu terasa apalagi di malam hari.
                
         Melihat adanya hewan buas yang satu ini di Leuweung Sancang tentu sudah tidak asing lagi. Kalaupun tidak melihat wujudnya, orang-orang juga kerap mendengar suara aumannya di sekitar Leuweung Sancang. Kalau kita yang ketemu si hewan buas ini, apa yang akan kita lakukan ya? Denger aumannya aja kayaknya langsung ngibrit lari,apa lagi lihat wujudnya.
        "Waktu itu,Saya dan keluarga sedang di perjalanan menuju rumah saudara Saya yang tinggal di daerah Sancang, tiba-tiba mobil Saya di cegat sama harimau,badannya besar banget,baru kali ini Saya melihat ukuran harimau sebesar ini." ujar Pak Asep saat di tanya mengenai harimau di Leuweung Sancang ini. "Dia berbaring aja gitu di tengah jalan,dan saking besarnya, badannya itu nutupin lebarnya jalan yang saya lalui itu." tambahnya. Menurut penuturannya,harimau itu tiba-tiba hilang setelah seisi mobil membacakan do'a. Waw kok bisa gitu ya? Lantas, sebenarnya harimau itu harimau beneran atau "harimau jadi-jadian" ya?.
        Leuweung Sancang yang berlokasikan di Sancang,Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Leuweung Sancang ini berada di perbatasan Kabupaten Garut Selatan dan Tasikmalaya.
Leuweung Sancang ini menyimpan misteri dan mitos-mitos yang masih dipercayai sampai saat ini. Mitos-mitos disini berkaitan erat dengan kisah Prabu Siliwangi Raja dari Kerajaan Padjajaran.
        Konon,Prabu Siliwangi ini beragama Budha/Hindu,sedangkan istrinya yang bernama Nyimas Subang Larang dan anak-anaknya yaitu Raden Walangsungsang, Nyimas Laras Santang dan Raden Kian Santang merupakan pemeluk agama Islam.
        Yang akan kita bahas disini adalah Raden Kian Santang, Raden Kian Santang merupakan ksatria yang gagah perkasa, saking saktinya, ia belum pernah melihat darahnya sendiri karena setiap bertarung,ia pasti memenangkan pertarungan itu, belum ada seorang pun yang mampu mengalahkannya.
        Hingga pada suatu saat, ia meminta kepada ayahandanya, Prabu Siliwangi agar mencarikan lawan untuknya yang bisa menandingi kesaktiannya sehingga ia dapat mengeluarkan darah dan melihat darahnya sendiri. Akhirnya Prabu Siliwangi memanggil para ahli nujum (seperti peramal) untuk menunjukan seseorang yang bisa mengalahkan putranya Raden Kian Santang. Namun, diantara mereka tak ada satu pun yang tahu siapa yang bisa mengalahkan Raden Kian Santang.
        Pada suatu hari datanglah seorang kakek yang memberitahu siapa yang bisa menjadi lawan dan mengalahkan Raden Kian Santang, yakni Sayyidina Ali r.a dari Mekah. Sebenarnya pada saat itu Sayyidina Ali r.a  sudah wafat, namun yang akan bertemu dengan Raden Kian Santang adalah khodamnya (bertemu secara ghaib). Kakek itu memberi 2 syarat kepada Raden Kian Santang jika ingin bertemu dengan Sayyidina Ali r.a, yang pertama Raden Kian Santang harus bersemedi dulu di ujung kulon, yang kedua Raden Kian Santang harus mengganti nama menjadi Galantrang Setra. Karena rasa penasarannya yang tinggi, akhirnya Raden Kian Santang melakukan kedua syarat tersebut, setelah selesai dengan kedua syarat itu ia langsung berangkat ke Mekah dengan tujuan ingin bertemu dengan Sayyidina Ali r.a yang katanya bisa mengalahkannya.
        Setibanya di Mekah, Galantrang Setra bertemu dengan seseorang, ia menanyakan tentang Sayyidina Ali r.a kepadanya, ternyata ia mengetahuinya dan bersedia mengantar Galantrang Setra bertemu dengan Sayyidina Ali r.a. Galantrang Setra tidak tahu,bahwa orang yang bersamanya itu adalah Sayyidina Ali r.a. saat hendak berjalan, Sayyidina Ali r.a menancapkan tongkat nya di tanah,lalu berjalan beberapa puluh meter meninggalkan tongkatnya, Sayyidina Ali r.a meminta Galantrang Setra untuk mengambilkan tongkatnya, awalnya Galantrang Setra menolak,namun karena Sayyidina Ali r.a mengatakan bahwa ia tidak akan mengantar Galantrang Setra jika ia tidak mengambilkan tongkat itu,akhirnya Galantrang Setra kembali dan mencoba mencabut tongkat itu. Ia kira tongkat itu ringan dan mudah di cabut, sehingga ia mengangkatnya dengan satu tangan saja, namun tidak berhasil, lalu ia mencobanya lagi dengan dua tangan,hasilnya tetap nihil tongkat itu tidak bergerak sama sekali ,ia mencoba lagi untuk ke tiga kalinya, Galantrang Setra mencoba mencabutnya dengan sekuat tenaga di sertai tenaga dalam (batin) nya. namun tak berhasil juga,malah kakinya yang amblas ke dalam tanah,dan keluarlah darah dari tubuh Galantrang Setra. Akhir nya ia tahu bahwa orang itu adalah Sayyidina Ali r.a, setelah itu Raden Kian Santang (Galantrang Setra) berniat untuk pulang, namun di perjalanan ia terlunta-lunta dan tak tahu arah jalan tujuan, akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke Mekah untuk menemui lagi Sayyidina Ali r.a  dan berniat masuk agama islam, Raden Kian Santang bermukim di Mekah selama 20 hari untuk mendalami ajaran agama islam.
        Singkat cerita, Raden Kian Santang telah kembali dari Mekah dan menyebarkan agama islam di tatar sunda. Lalu, Raden Kian Santang mengajak Ayahandanya Prabu Siliwangi untuk memeluk agama Islam. Namun, Prabu Siliwangi menolak, sehingga terjadilah "kejar-kejaran" antara Prabu Siliwangi dan Raden Kian Santang, berdasarkan kisah yang beredar di masyarakat, saat itu Prabu Siliwangi tidak ingin melawan anaknya Raden Kian Santang, akhirnya Prabu Siliwangi lebih memilih menghindarinya.
        Leuweung Sancang inilah yang menjadi salah satu tempat persembunyian Prabu Siliwangi dan  katanya Prabu Siliwangi menghilang disini. Dari pada masuk agama Islam seperti yang di inginkan putranya, Prabu Siliwangi lebih memilih "ngahiyang" atau "tilem" dengan menjadi harimau putih,sedangkan pengikutnya menjadi harimau loreng.
        Nah,dari kisah tadi, dipercaya harimau-harimau yang ada di Leuweung Sancang ini adalah perwujudan dari para pengikut Prabu Siliwangi.
        Di dalam lebatnya Leuweung Sancang, terdapat pula sebuah gua yang sampai saat ini digunakan orang-orang untuk bertapa, di yakini gua ini merupakan makam dari Prabu Siliwangi, dan merupakan tempat larinya Prabu Siliwangi hingga beliau tilem atau menghilang secara ghaib. Katanya, barang siapa yang bertapa di dalam gua ini, ia akan di datangi harimau putih yang akan memberikan kesaktian kepada nya,semacam ilmu kedigjayaan, diantaranya ingin naik jabatan, menjadi kaya atau menarik hati lawan jenis.
        Selain Gua Sancang, ada juga tempat lain yang di keramat kan,seperti Tempat Pemandian Keramat Sancang IV (4) atau sering di sebut Curug Kadigjayaan. Hampir sama dengan Gua Sancang, Curug Kadigjayaan ini juga di gunakan orang-orang untuk melaksanakan ritual-ritual dengan tujuan untuk mendapatkan ilmu atau kekuatan.
         Air curug ini berasal dari beberapa mata air yang ada di atas curug, kemudian air-air ini jatuh melalui akar-akaran yang bergelantungan, tetesan-tetesan itu terkumpul lalu menetes berjatuhan dalam volume yang banyak.
        Di belakang akar tanaman yang teraliri mata air itu terdapat tempat yang di buat khusus untuk ritual tertentu, berbentuk cekungan yang cukup besar. Di bawahnya terdapat tempat mandi yang airnya berasal dari tetesan akar tadi.
Hal-hal inilah yang menyebabkan banyak orang merasa takut untuk memasuki area Leuweung Sancang ini. Namun, hikmahnya adalah tidak ada orang yang berani merusak keasrian Leuweung Sancang ini. Maka dari itu, sampai saat ini, Leuweung Sancang masih terjaga keasriannya. Walaupun di dalam Leuweung Sancang ini banyak terdapat tempat-tempat untuk ritual, kita harus tetap meminta dan berdo'a hanya kepada Allah SWT.


Referensi :
* Cerita turun temurun dari orang tua,
* Wawancara langsung dengan tetangga yang pernah pergi ke Sancang
* Dari artikel https://cipakudarmaraja.blogspot.com/2018/04/sancang-pameunpeuk-yang-penuh-misteri.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar